Categories
Fabel

Tinggi Menuju Angkasa

Cerita ini lanjutan dari kisah sebelumnya

(Enam hari setelah Libi Musang kembali ke hutan)

“Jadi kamu benar-benar ingin pulang sekarang?”, tanya Libi Musang.

“Ya,” jawab Rufi Rusa sambil memasukkan beberapa kantong snack ke dalam tas ransel berwarna hitam miliknya. “Besok hari ulang tahun Rena, sahabatku. Aku ingin ada di sana pada saat itu. Lagipula, jalan tembus dari hutan ke lembah kan sudah selesai dibangun, jadi apabila aku berlari seharian, pasti besok aku sudah sampai di lembah.”

“Oh, begitu,” ujar Libi pura-pura acuh.

Tiba-tiba Rufi menghentikan aktivitas beres-beresnya dan menatap ke arah Libi. “Ngomong-ngomong, luka di badanmu itu karena apa? Bukannya beberapa hari lalu kamu baik-baik aja?”

“Ini?” jawab Libi sambil mengalihkan pandangannya ke seberang. Ada dua ekor anak tupai dan induknya sedang berjalan beriringan dengan penuh semangat. Dari tawa dan senyum mereka yang lepas sepertinya mereka sedang bersuka cita. Dengan suara yang agak pelan ia melanjutkan kata-katanya. “Bukan apa-apa. Hanya lecet sedikit gara-gara terjatuh waktu main futsal dua hari lalu”

Categories
Fabel

Aku Kan Juga Masih Mau Hidup

Cerita ini lanjutan dari kisah sebelumnya

(lima hari setelah Libi Musang kembali ke hutan)

Rufi Rusa membolak-balik lembar demi lembar buku ensiklopedia kedokteran berukuran besar dengan resah.

“Hmmmphhh”, desahnya berat, “katanya ensiklopedia terlengkap edisi abad 21, tapi dari tadi info tentang tentang EntupanLebahtus ya gitu-gitu aja. Ini malah ada iklan tentang kontes SEO Stop Dreaming Start Action segala. Buku ensiklopedia gak mutu blas.”

Rasa kesal dan panik bercampur di hati Rufi. Sudah lima hari berlalu sejak dokter Surip memvonis bahwa ia terkena penyakit EntupanLebahtus yang sangat mematikan itu. Dan artinya, jika dalam waktu dua hari ini ia tidak segera meminum obat penangkalnya, ia akan segera mati.

Dalam waktu lima hari ini Rufi memang tidak tinggal diam. Ia sudah memperoleh enam bunga AntiEntupanLebahtus dari tujuh bunga yang diisyaratkan oleh dokter Surip.

Categories
Fabel

Selamat Jalan, Rufi Rusa?

Kisah ini lanjutan dari cerita sebelumnya.

(enam hari sesudah bendungan jebol)

Libi hanya bisa tertegun menyaksikan sambutan penduduk hutan terhadapnya. Wajahnya menunduk 90 derajat. Langkah kakinya terhenti tepat di bawah spanduk besar bertuliskan “Selamat Datang Kembali, Libi Musang” yang dipasang penduduk hutan tepat di depan gerbang masuk tempat tinggal mereka. Rufi Rusa mendorongnya perlahan.

“Ayo sana, jalan. Temui teman-temanmu,” ujarnya berbisik sambil tersenyum.

Dada Libi terasa sesak. Malu rasanya melangkahkan kaki kembali ke kampung halamannya itu mengingat apa yang pernah ia lakukan selama ini terhadap penduduk hutan yang lain. Apalagi, di belakang pak Beri Beruang, tampak Cabi Babi dan ibunya, bu Gembul Babi, berdiri. Turut menyambut kedatangannya seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Categories
Fabel

Soni Semut dan Kebun Pak Beri

Kisah ini lanjutan dari cerita sebelumnya.

(Tiga hari sebelum bendungan jebol)

Soni Semut melangkahkan kakinya dengan bersemangat ke arah kebun Pak Beri Beruang. Kemarin, pak Beri menjanjikan pekerjaan di kebunnya. Kebetulan sekali karena memang sudah 4 minggu terakhir ini Soni resmi menjadi pengangguran. Uang simpanannya pun sudah ludes gara-gara dipakai untuk bermain forex.

“Hei Soni, di sini!”, panggil pak Beri dari kejauhan.

Categories
Fabel

Pino dan Poni

Kisah ini lanjutan dari cerita sebelumnya.

“Huh, kenapa sih aku harus jalan bareng kamu?”, gerutu Libi Musang.

Rufi Rusa melirik ke arah Libi sambil terus melangkahkan kakinya. “Sepertinya itu sudah ke 1037 kalinya kamu bilang begitu?”.

“Huh”, dengus Libi.

Kemarin malam, begitu Libi siuman dan menceritakan tempat tinggalnya, Kakek Tore memang meminta Rufi untuk menemaninya kembali ke dataran di atas air terjun. Meskipun tidak terlalu berbahaya, namun daerah tersebut tidak bisa dicapai dalam waktu singkat. Minimal butuh 4-5 hari perjalanan.

Categories
Fabel

Rufi si Rusa

Kisah ini lanjutan dari cerita sebelumnya.

— 15 menit sebelum bendungan jebol, di pinggir danau yang terletak di dataran bawah air terjun —

Rufi Rusa melangkahkan keempat kakinya dengan santai menyusuri pinggiran danau yang berair jernih dan banyak ikannya itu. Pandangannya terarah pada seekor kupu-kupu bersayap biru dengan garis-garis kemilau keemasan yang sedang terbang rendah di atas air. Jelas bukan sekali dalam hidupnya ia menemui kupu-kupu di sekitar gua tempat ia tinggal beserta kelompok rusa yang lain itu, namun entah kenapa, ia tidak pernah jemu mengagumi keanggunannya.

Categories
Fabel

Cabi Belajar Berenang

Sudah 3 jam 20 menit lebih Cabi duduk termangu di pinggir sungai. Ia sibuk mengamati ketiga temannya — Ciplak Bebek, Ciplik Bebek, dan Cipluk Bebek — yang sedang berenang.

Iri.

Ingin rasanya ia juga ikut menceburkan diri ke sungai yang dingin dan jernih itu, dan ikut berenang dengan gaya kupu-kupu, mengejar bebek-bebek tersebut. Selama ini orang babi tuanya hanya mengajarkan cara untuk berguling-guling di lumpur dengan baik dan benar. Gak pernah sekalipun mereka menyinggung masalah berenang.