Categories
Fabel

Cabi Belajar Berenang

Sudah 3 jam 20 menit lebih Cabi duduk termangu di pinggir sungai. Ia sibuk mengamati ketiga temannya — Ciplak Bebek, Ciplik Bebek, dan Cipluk Bebek — yang sedang berenang.

Iri.

Ingin rasanya ia juga ikut menceburkan diri ke sungai yang dingin dan jernih itu, dan ikut berenang dengan gaya kupu-kupu, mengejar bebek-bebek tersebut. Selama ini orang babi tuanya hanya mengajarkan cara untuk berguling-guling di lumpur dengan baik dan benar. Gak pernah sekalipun mereka menyinggung masalah berenang.

“Lagi ngapain Bi?”, sapa Libi si Musang yang tiba-tiba muncul dari balik batu.

“Itu”, jawab Cabi sembari menghela nafas dalam-dalam, “aku ingin bisa berenang seperti bebek-bebek itu.”

“Apalagi itu, si Cipluk”, lanjutnya. Hidungnya diarahkan ke arah Cipluk Bebek. “Ia bahkan bisa berenang hanya dengan menggunakan paruhnya.”

Libi terdiam. Berpikir. Sejenak kemudian matanya berkilau dan senyumnya tersungging.

“Mau aku ajarin berenang? Aku jago loh, waktu SD aja juara berenang tingkat kecamatan.”

Cabi menoleh ke arah Libi. Secercah harapan hadir di benaknya.

“Sungguh? Kamu sungguh-sungguh mau mengajari aku berenang?”, tanya Cabi tak percaya. Ekor pendeknya yang ikal mulai berputar-putar. Tanda ia sedang kegirangan.

“Yo’i”, jawab Libi dengan gaya sok gaul. “Tapi gak gratis, bos. Sekali belajar biayanya 2 juta rupiah. Itu belum termasuk ongkos transportasi, akomodasi, dan PPN.”

Cabi mencoba mengingat-ingat deretan angka di buku tabungannya. Sejak kecil, tiap hari ibunya selalu memberikan uang jajan. Dan sebagian dari uang tersebut selalu ia sisihkan dan ia tabung untuk biaya kuliah nanti. Cita-citanya adalah berkuliah dan menjadi lulusan UNBIT (UNiversitas BabI Teladan) agar ayah dan ibunya bangga.

“Baiklah, aku setuju!” jawab Cabi. Keinginan muliannya dalam sekejab tergerus oleh nafsu dan hasratnya untuk bisa berenang. Seperti ketiga temannya.

Beberapa saat kemudian mereka berdua pun kembali ke rumah masing-masing setelah berjanji untuk berkumpul kembali di tempat yang sama tiga hari lagi.


Bu Gembul gelisah. Ia kepikiran dengan kata-kata anaknya, Cabi, tadi pagi yang mengatakan kalau siang ini ia mulai kursus berenang bersama Libi Musang. Bagaimana tidak khawatir apabila reputasi Libi yang super licik itu sudah menjadi rahasia umum bagi seluruh penghuni hutan.

Tidak tahan lagi, akhirnya Bu Gembul memutuskan untuk pergi ke sungai, ke tempat yang diberitahukan oleh Cabi tadi pagi. Sesampainya di sana ia terlonjak kaget dan hampir terguling jatuh ke sungai, seandainya saja ia tidak berpegangan ke dahan pohon rambutan yang ada tepat di sampingnya.

Ya, pemandangan yang ia lihat adalah si Cabi, anaknya, sedang asyik bermain-main di tengah sungai dengan menggunakan ban pelampung yang diikatkan ke pohon beringin di tepi sungai. Libi sendiri sedang berleha-leha di bawah pohon tersebut sambil mendengarkan iPod.

“Apa-apaan ini?!”, teriak Bu Gembul.

Libi terlonjak. Kerasnya volume iPod-nya ternyata masih kalah dengan volume suara Bu Gembul yang sedang emosi.

Buru-buru ia mematikan iPod, melepas earphone, dan memasukkan keduanya ke dalam saku celananya. Ia mendatangi Bu Gembul sambil berusaha tersenyum manis.

“Ya, ada apa Bu Gembul?”

“Kata Cabi, kamu mau mengajari anakku berenang. Mana buktinya? Kalau hanya menggunakan pelampung seperti itu, Soni Semut juga bisa.”, omel Bu Gembul.

Libi melirik sepintas ke arah Cabi yang masih asik bermain air. Namun belum sempat ia membuka mulutnya untuk memberikan penjelasan, bu Gembul sudah melanjutkan omelannya ke jilid dua.

“Aku tidak mau tahu. Pokoknya sekarang, kamu harus ikut nyemplung juga ke sungai, dan ajari Cabi berenang yang benar.”

Libi mendesah pelan. “Mati aku”, gumamnya, “aku kan gak bisa berenang.”

“Tapi bu…”

Libi membatalkan niatnya untuk membantah saat melihat Bu Gembul memungut sebatang dahan pohon dengan ukuran XL di tanah. Ia merinding membayangkan kepalanya digetok dengan menggunakan dahan tersebut.

Dengan langkah gontai ia berjalan menuju sungai dan masuk ke dalam air. Susah payah, ia akhirnya bisa mencapai tengah sungai, tempat dimana Cabi sedang mempraktikkan ilmu si Cipluk, berenang dengan menggunakan moncong.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari arah selatan sungai. Keras. Memekakkan telinga.

Ketiganya terkaget-kaget. Namun kekagetan tersebut langsung berubah menjadi kepanikan saat Eli Elang melesat di langit dengan cepat sambil berteriak, “AWASSSS!!!! BENDUNGAN AMBRUKKK!!!! CEPAT MENYINGKIR DARI SUNGAIIIII!!!!”

Tanpa buang waktu, Bu Gembul langsung meraih tali pelampung Cabi dan sekuat tenaga menariknya ke pinggir sungai.

“Ayo Cabi, dorong tubuhmu ke sini”, teriaknya, memberi semangat agar Cabi cepat tiba di pinggir sungai.

Libi panik. Untuk bertahan mengapung di air saja ia sudah kewalahan, apalagi kalau sekarang harus buru-buru berenang ke pinggir. Tangannya menggapai-gapai, mencoba keberuntungan, siapa tahu bisa meraih ban pelampung Cabi.

Tapi usahanya sia-sia.

Gemuruh terdengar semakin dekat dan arus air mulai bergerak semakin deras.

Bu Gembul yang sudah berhasil menyelamatkan Cabi segera melemparkan ban pelampung tersebut ke arah Libi.

“Pegang pelampung itu Libi! Aku akan menarikmu!”

Sayang, lemparan ban tersebut agak kurang tepat sasaran. Ban jatuh dua meter dari posisi Libi berada. Dengan kepanikan yang makin melanda, Libi berusaha keras untuk meraih ban tersebut.

1 meter lagi.

80 cm lagi.

50 cm lagi.

20 cm lagi.

5 cm lagi.

BYARRRRR!!!! Gelombang air deras muncul dengan tiba-tiba, menyeret tubuh Libi yang sudah hampir menggapai ban.

“Tolongggg!!!!”, teriaknya.

Bu Gembul dan Cabi terpaku. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Keduanya hanya bisa terdiam melihat tubuh kurus Libi yang terombang-ambing arus sungai, melaju ke arah air terjun yang ada sekitar 1km di depan.


bersambung…

47 replies on “Cabi Belajar Berenang”

cerita-ceritanya simpel tapi dalem… 🙂 saya suka itu. Apalagi kisah fabelnya. Seakan-akan kita benar-benar berada di dalam hutan bersama hewan-hewan lainnya.

saya ada 1 pertanyaan buat mas cosa, Sebenarnya Ibu Beri dan Pak Beri itu ada hubungan kekeluargaannya?

Soalnya saya bingung, dalam cerita “Misteri Kotak Hitam Bu Beri”, karakter bu Beri itu seekor berang-berang, sedangkan dalam cerita “Pilih Ikan Atau Kail?” karakter pak Beri itu seekor beruang.

Bisa tolong dijelaskan bos?

thx

jeli juga mas angga 🙂

untuk hubungan keluarga, keduanya gak ada. Tapi sebenarnya mereka punya hubungan ‘khusus’, cmn sayang lom bisa aku ceritain sekarang, lom dapet benang merah untuk moral motivasi-nya sih 😛

Yang seperti ini gak bosenin. Nuansanya baru. Kisah Cabi sempet bikin aku tersenyum. Kisahnya cukup menarik. Satu hal yang aku suka, alam pikiran kita seolah-olah sedang menyaksikan kejadian tsb. Bagus, bagus…..

@demit from java
dongengnya buat 17 taun ke atas, hehehe. *mungkin* bisa jg dibacakan buat anak2, tapi targetku sendiri sih orang dewasa, krn selama ini kan dongeng identik dng anak2 🙂

@joe
thanks mas joe. Ini masih dalam tahap belajar untuk menulis dongeng yg menarik dan menggugah kok, butuh banyak kritik dan saran

Yay….

I like this site…
terus berkarya ….cos it’s really inspiring. But, what I really want to know, did you take a writing class, or it’s truly your other marvelous potential talent?
What a colorful life you have….

Dalam menuntut “ilmu” tentunya ada GURU dan ada pula MURIDnya, keberhasilan dan kegagalan seorang Murid terletak dipundak dan keahlian dari Gurunya itu sendiri.Sekeras apapun usaha,kemauan dan semangat belajar sang Murid ,(keahlian yang Dia ingini) kalo Gurunya juga tidak ahli dalam bidangnya,niscaya akan sia-sia.seperti contoh cerita diatas. masa seh orang ahli dalam matematika mo ngajarin Psikologi?? Namun demikian dari cerita dongeng diatas saya bisa mengambil maknanya… ada dua kata yang harus dipegang oleh seorang Guru.. MENDORONG dan MENARIK “pabila murid jatuh kedalam lobang bersama gurunya, dorong muridnya agr dia bisa keluar dari lobang tersebut,dan kalau gurunya keluar dari lobang tersebut tariklah Dia biar sama-sama berada keluar dari lobang itu…hueheheheh ga nyambung kali ye????

tenyata semua maklum ciptaan Tuhan itu sangatlah pintar ach. Semua pengen bergerak untuk maju dan berkembang. Dan betapa disayangkan apabila kita tidak ada niat untuk maju dan berkembang.Hehehehe…

dah bagus sih, pelajarannya banyak selain kita harus berguru pada ahlinya ada lagi yaitu
1. bijaksananya si Ibu Cabi untuk tidak percaya begitu saja pada rahasia umum dengan menyuruh agar Libi ikut nyebur ke sungai untuk membuktikan bisa berenang.
2. betapa baik hatinya si ibu Cabi meskipun dah tahu Libi tidak berenang masih mau menolong dengan melempar pelampung dengan niat menolong.

untung ada penjelasan pelajaran dari cerita di bawah halaman kalau ga ada, jadi ga fokus ama inti pelajaran yang Mas Maksud.

Tapi ga maksud nyindir kan bahwa untuk belajar Internet Marketing dan jadi pandai memang perlu biaya mahal he.. he..

bagus juga sih, tapi bisa gak tolong cariin buku komik sama fabel , soal nya anak saya robi sama dewi minta tolong cariin buku komik atau fabel seperti komik :komik naruto , komik doraemon , komik kariagekun , komik crayon sinchan . yang fabel :tom & jerry , spongeboob, si kancil .

dongeng inspiratif
memberikan ilmu tanpa menggurui
belajar pada orang yang tepat, jika salah orang … hasilnya akan ditanggung sendiri
teruskan…

Menarik juga ceritanya, buatan Mas Cosa sendiri kah?
Jadi inget banyak yang ngaku “Guru” di dunia internet ini, jadi harus lebih waspada dan pandai memilah “The Real Guru” 🙂

anak ku kalo malam minta diceritaiin dari sini terus, pertama seneng dapat bahan gratis, seminggu kemudian wek, mintanya cerita yang ini saja.

🙁

bos gimana kalo dikasih gambar atau animasi biar tambah seneng anak-anak. peace.

ceritanya seru oii, gk boseni ,aq hampir2 ketawa dibuatnya..apalagi libi tu, gk gaptek..keren abis,cuma kyknya krg cocok buat anak-anak..nanti anak2nya pada bingung, kok binatang bisa gunain ipod and earphone, nanti khayalannya nyampe gk..tapi cerita bagus tu buat kita2 yang udh dewasa.. jd terhibur deh..

Bagus, bikin hanyut juga!
Ada rencana dongeng ini akan saya ceritakan ulang kepada anak didik saya. Kebetulan saya seorang guru TK dan juga sedang berlatih untuk menjadi pendongeng sekaligus penulis cerita anak. Terima kasih atas kesempatan menikmati karnya indah tersebut! Salam kenal juga bagi semua rekan yang telah mampir! see you then!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *